Minggu, 19 Januari 2014

sebuah Catatan


Malam ini, jagat kembali mempertontonkan pada insan betapa agung Pengukirnya.

Ditengah ketakjuban itu, anak manusia hanya mampu menengadah ke langit – langit jiwanya yang paling tinggi.

Langit – langit itu terasa begitu tinggi baginya.

Sampai tiba di satu titik dimana dia – dengan sedidkit tersentak – menyadari betapa hampanya relung yang ada di bawah langit – langit itu.

Dan sudah terlalu senja untuk menyadari bahwa betapa banyak kesia – siaan yang harus dilalui kelebat matanya untuk akhirnya sampai pada puncak penyanggah relung itu.

Pagi perlahan menyongsong lembar barunya.

Dan masih seperti kemarin, matahari kembali terlambat bersinar.

Hanya bisu yang membayangi raga si anak manusia.

Kembali, lagi, lagi, dan lagi...

Masih seperti senja kemarin. Dia masih tetap di situ.

Di tempatnya, tempat dimana dia semestinya – atau tidak sengaja – berada.

Masih di situ, dan sendiri....

Hanya ketidakpastian dan ketidakabadian yang menemaninya – kalau itu bias disebut teman.

Masih menyaksikan semuanya seperti kemarin.

Dan masih seperti biasanya, matahari terlalu terlambat untuk terbit dan menyadarinya.

Biarlah, biarlah hanya dia, maksunya mereka.

Biarlah hanya mereka, dia dan bayangannya, bayangan dan mimpinya.

Biarlah hanya mereka yang menyadari semuanya.

Sebuah Simfoni

Seperti sebuah simfoni kesunyian
Kerancuan yang menyatu
Tertulis jelas tanpa mampu untuk di baca
Terlantun lantang tanpa harus di dengar
Merambat perlahan mencari celah seakan ada
Suara-suara lirih menjerit dalam rangkaian yang mereka sebut doa

Saat keacuhan menelantarkan
Saat mereka merayakan kemerosotannya
Saat makin hilang bayangnya dalam kebinasaan

Maka terdengarlah, atau bahkan tidak sama sekali...                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                             

abstraksi Skripsi "PENGARUH KECERDASAN EMOSI TERHADAP KECENDERUNGAN KENAKALAN REMAJA"


PENGARUH KECERDASAN EMOSI TERHADAP
KECENDERUNGAN KENAKALAN REMAJA

SKRIPSI
                                                                                       

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan
Dalam Menyelesaikan Program Sarjana Psikologi

Disusun Oleh
Fredinan Dwi Oktavianus. N
NPK : 07900042


FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS MERDEKA
MALANG

2012



ABSTRACT


Dwi Oktavianus N, Fredinan, 2012. Effect of Emotional Intelligence Against the trend of Juvenile Delinquency. Department of Psychology. Faculty of Psychology. Merdeka University of Malang. Leader: (1) Agustin Rahmawati, S. Psi., M. Si., Psi. (II) Adolfus Yunanto Putro, S.Psi., M.A.
Juvenile delinquency refers to a broad range, from behavior that is unacceptable to the social status to criminal offenses. Through the involvement of youth in the neighborhood gave birth to forms of interaction and behavior that appear in it. This behavior is heavily influenced by systems that have been affected by the shift in the prevailing values ​​in society. In undergoing the social skills of an individual is required to meet the demands that are considered good value in an environment where he is and do the interaction. An individual who has the emotional intelligence, which is able to recognize their own emotions, managing emotions, able to motivate yourself, understand others' emotions, and be able to build relationships with others, it will be able to maintain healthy relationships with other individuals in accordance with the norms acceptable by normal community and able to withstand the negative effects arising from the impact of a shift in values ​​that make the individual tends to behave in deviant. The study was conducted to determine whether there is the influence of emotional intelligence to the tendency of juvenile delinquency. The population in this study is the class X at SMAK friary in the town of Malang as many as 175 students. The sample in this study were men aged 15-17 years old students in the SMAK friary in the town of Malang as many as 54 students. Sampling was purposive sampling technique. The process of data analysis used were Pearson correlation procuct moment. Results for juvenile delinquency scale of 60 aitem created, acquired 48 aitem valid. As for the emotional intelligence scale of 60 aitem made, as many as 47 valid aitem aitem. Reliability test for juvenile delinquency scale obtained an alpha 0.917, while for the emotional intelligence scale obtained an alpha reliability of 0.897 so that the test results indicate a reliable degree. The results of data analysis showed that the calculated r smaller than r table (-0.623 <-0.263) with a significance level of 0.05, which indicates that there is a negative relationship between juvenile delinquency with emotional intelligence, so that states have the effect hipotesisa between juvenile delinquency by trend of juvenile delinquency, accepted.
Keywords: Juvenile Delinquency, Emotional Intelligence, Teen

ABSTRAK

Dwi Oktavianus N, Fredinan, 2012. Pengaruh Kecerdasan Emosi Terhadap Kecenderungan Kenakalan Remaja. Jurusan Psikologi. Fakultas Psikologi. Universitas Merdeka Malang. Pembimbing: (1) Agustin Rahmawati, S. Psi., M. Si., Psi. (II) Adolfus Yunanto Putro, S.Psi., M.A.

Kenakalan remaja mengacu pada suatu rentang yang luas, dari tingkah laku yang tidak dapat diterima sosial sampai pelanggaran status hingga tindak kriminal. Melalui keterlibatan remaja di tengah lingkungannya melahirkan bentuk interaksi dan perilaku yang dimunculkan didalamnya. Perilaku ini banyak dipengaruhi oleh sistem yang sudah terkena dampak dari pergeseran nilai yang berlaku dalam masyarakat. Dalam menjalani keterampilan sosial seorang individu dituntut mampu memenuhi tuntutan nilai yang dianggap baik di lingkungan di mana dia berada dan melakukan interaksi. Seorang individu yang memiliki kecerdasan emosi, yakni mampu mengenali emosi diri sendiri, mengelola emosi, mampu memotivasi diri sendiri, mengerti emosi orang lain, serta mampu membina hubungan dengan orang lain, maka akan mampu menjaga hubungan relasi yang sehat dengan individu lain sesuai dengan norma yang dapat diterima oleh masyarakat normal serta mampu bertahan dari pengaruh negatif yang timbul akibat dampak adanya pergeseran nilai yang membuat individu cenderung berperilaku menyimpang. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh kecerdasan emosi terhadap kecenderungan kenakalan remaja. Populasi dalam penelitian ini adalah siswa kelas X di SMAK Frateran di kota Malang sebanyak 175 siswa. Sampel dalam penelitian ini adalah siswa putra usia 15-17 tahun di SMAK Frateran di kota Malang sebanyak 54 siswa.  Pengambilan sampel menggunakan teknik purposive sampling. Proses analisis data yang digunakan adalah korelasi procuct moment pearson. Hasil untuk skala kenakalan remaja dari 60 aitem yang dibuat, diperoleh 48 aitem yang sahih. Sedangkan untuk skala kecerdasan emosi dari 60 aitem yang dibuat, aitem yang valid sebanyak 47 aitem. Uji reliabilitas untuk skala kenakalan remaja diperoleh alpha 0,917, sedangkan untuk skala kecerdasan emosi diperoleh alpha 0,897 sehingga hasil uji reliabilitas menunjukkan adanya derajat yang reliabel. Hasil analisis data menunjukkan bahwa r hitung lebih kecil dari r table (-0,623 < -0,263) dengan taraf signifikansi 0,05, yang menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang negatif antara kenakalan remaja dengan kecerdasan emosi, sehingga hipotesisa yang menyatakan terdapat pengaruh antara kenakalan remaja dengan kecenderungan kenakalan remaja, diterima.

Kata kunci: Kenakalan Remaja, Kecerdasan Emosi, Remaja

Kamis, 16 Januari 2014

Sisa-sisa dari sebuah masa


Selamat Pagi Keramaian


Sebuah Pemaknaan Kembali

Kadang gegap gempita justru memadamkan Terang Natal yang sesungguhnya.
Membuat kita menaruh makna Natal di tempat yang tidak semestinya.
Salahkah semua sukacita itu? Tentu saja tidak.
Namun, seringkali kita terlalu sibuk mengurusi segala “Pernak Pernik” di luar dan lupa menata Hati kita di dalam, di mana seharusnya Natal itu beracara.
Bukankah Natal seharusnya sebuah Kabar Baik?
Kabar yang memberikan harapan kepada mereka yang kehilangan harapan.
Kabar yang memebebaskan mereka yang terbelenggu.
Bukankah Natal tentang bagaimana kita menghadirkan senyuman.
Tentang sebuah kebersamaan yang saling menguatkan.
Tentang bagaimana memberikan makan kepada mereka yang kelaparan.
Tentang menghadirkan rasa aman bagi mereka yang terpinggirkan.
Bukankah Natal begitu sederhana? 
Hanya saja kadang kita lupa bagaimana cara memaknainya.
Jangan padamkan Terang Natal itu.
Biarlah dunia tetap ingat, bahwa TERANG itu masih ada.
Dan TERANG itu ingin bercahaya lewat hidup kita semua.


"A Simple Christmas"


NDEDE CLAN